Teori dan Arti Penting Kepemimpinan
Pemimpin
adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya
kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi
orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin adalah pribadi yang memiliki
superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk
menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran tertentu.
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai tugas yang
berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok. Kepemimpinan juga diartikan
sebagai kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan, kemampuan
mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan
bersama, dan kemampuan mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara
dan mengembangkan budaya organisasi.
Teori-Teori
Kepemimpinan :
1. Teori Genetik (Genetic Theory)
Penjelasan
kepemimpinan yang paling tua adalah teori kepemimpinan “genetic” dengan
ungkapan yang sangat populer waktu itu yakni “a leader is born, not made”.
Seorang dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu
belajar lagi. Sifat-sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dad
orang tuanya.
2. Teori Sifat (Trait Theory)
Sesuai
dengan namanya, maka teori ini mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan
sangat tergantung pada kehebatan karakter pemimpin. “Trait” atau sifat-sifat
yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik dan kemampuan social. Penganut
teori ini yakin dengan memiliki keunggulan karakter di atas, maka seseorang
akan memiliki kualitas kepemimpinan yang baik dan dapat menjadi pemimpin yang efektif.
3. Teori Perilaku (The Behavioral Theory)
Mengacu
pada keterbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui teori “trait”,
para peneliti pada era Perang Dunia ke II sampai era di awal tahun 1950-an
mulai mengembangkan pemikiran untuk meneliti “behavior” atau perilaku seorang
pemimpin sebagai cara untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Fokus
pembahasan teori kepemimpinan pada periode ini beralih dari siapa yang memiliki
kemampuan memimpin ke bagaimana perilaku seseorang untuk memimpin secara
efektif.
4. Situasional Leadership
Pengembangan
teori situasional merupakan penyempurnaan dan kekurangan teori-teori sebelumnya
dalam meramalkan kepemimpinan yang paling efektif. Dalam “situational
leadership” pemimpin yang efektif akan melakukan diagnose situasi, memilih gaya
kepemimpinan yang efektif dan menerapkannya secara tepat. Seorang pemimpin yang
efektif dalam teori ini harus bisa memahami dinamika situasi dan menyesuaikan
kemampuannya dengan dinamika situasi yang ada. Empat dimensi situasi yakni
kemampuan manajerial, karakter organisasi, karakter pekerjaan dan karakter
pekerja. Keempatnya secara dinamis akan memberikan pengaruh terhadap
efektivitas kepemimpinan seorang.
Tipologi Kepemimpinan
Tipologi
kepemimpinan disusun dengan titik tolak interaksi personal yang ada dalam
kelompok . Tipe-tipe pemimpin dalam tipologi ini dapat dikelompokkan dalam
kelompok tipe berdasarkan jenis-jenisnya antara lain:
1.Tipe
Otokratis.
Seorang
pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai
berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi, Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata,
Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, Terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya, Dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan
pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2.Tipe
Militeristis
Perlu
diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe
militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang
pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki
sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih
sering dipergunakan, Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada
pangkat dan jabatannya, Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, Menuntut
disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, Sukar menerima kritikan dari
bawahannya, Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3.Tipe
Paternalistis.
Seorang
pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang
memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.
4.Tipe
Karismatik.
Hingga
sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang
pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian
mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai
pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula
tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena
kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang
karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi
dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil
tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah
seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John
F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih
muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil,
Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
5.Tipe
Demokratis.
Pengetahuan
tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah
yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe
kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses
penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu
adalah makhluk yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari
pada bawahannya, senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari
bawahannya, selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha
mencapai tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu
tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat
kesalahan yang lain, selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses
daripadanya, dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepemimpinan
Pemimpin
memiliki tugas menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompok. Dari
keinginan itu dapat dipetik keinginan realistis yang dapat dicapai. Selanjutnya,
pemimpin harus meyakinkan kelompok mengenai apa yang menjadi keinginan
realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan. Tugas pemimpin tersebut
akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang
harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses
dimana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai
pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain. Untuk
keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpin yang
profesional, dimana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang
pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Disamping itu
pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga
terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan
memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai
tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :
-
Kecerdasan : seorang pemimpin harus mempunyai kecerdasan yang melebihi para
anggotanya
-
Kematangan dan keluasan social (Social manutary and breadth) : seorang pemimpin
biasanya memiliki emosi yang stabil, matang, memiliki aktivitas dan pandangan
yang ckup matang
-
Motivasi dalam dan dorongan prestasi(Inner motivation and achievement drives) :
dalam diri seorang pemimpin harus mempunyai motivasi dan dorongan untuk
mencapai suatu tujuan
-
Hubungan manusiawi : pemimpin harus bisa mengenali dan menghargai para
anggotanya Menurut Greece, di dalam suatu organisasi, hubungan antara bawahan
dengan pimpinan bersifat saling mempengaruhi.
Implikasi Manajerial Kepemimpinan dalam
Organisasi
Organisasi
apapun yang berdiri, tentu akan menggunakan konsep kepemimpinan karena ada
unsur filosofi (pandangan), harapan/tujuan, tantangan, dan sumber daya di
dalamnya. Semua faktor itu harus diatur sehingga bisa mencapai tujuan yang
diharapkan. Dengan kata lain mesti ada konsep kepemimpinan dalam organisasi. Sebab
yang terjadi bila implikasi manajerial kepemimpinan dalam organisasi adalah
akan menciptakan kepemimpinan yang baik karna adanya proses manajemen yang
direncakan, karena induk dari sebuah perusahaan adalah pemimpin jadi bila
pemimpinnya berkualitas maka perusahaan tersebut akan menjukukan kualitasnya.
Sebaliknya jika pemimpinnya tidak kompeten maka perusahaan tersebut tidak
mencapai nilai yang berkualitas.
Sumber
:
Stoner,
James A.F dan R. Edward Freeman. 1989. Management, Prentice-Hall of India.
Vroom
V. dan Yetton, P. 1974. Leadership and Decision Making, Pittsburgh,
PA:University of Pittsbyrgh Press.
No comments:
Post a Comment