Penalaran
Pengertian
Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan berpikir logis
menggunakan nalar tanpa mempedulikan pengamatan indera atau pengamatan empirik,
untuk mencapai pada suatu kesimpulan yang berupa pernyataan baru atau
pengetahuan.
Proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan atau dapat disebut juga
istilah yang terdapat di antara subjek dan predikat yang dapat membuat suatu
kalimat atau ungkapan yang dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau juga
dapat dibuktikan benar atau tidaknya.
Kalimat-kalimat seperti kalimat tanya, kalimat perintah,
kalimat harapan, itu bukan termasuk proposisi, yang termasuk adalah seperti
kalimat berita yang netral. Tapi kalimat-kalimat yang tidak termasuk itu juga
dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi laimat berita yang
netral.
Proposisi dalam ilmu logika mempunyai tiga unsur, yaitu :
-
Subyek,
adalah sebuah kata atau rangkaian beberapa kata untuk diterangkan atau kalimat
yang dapat berdiri sendiri (tidak menggantung).
-
Predikat
adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek.
-
Kopula
adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat seperti misalnya adalah,
ialah, yaitu, itu, merupakan.
Inferensi dan Implikasi
a)
Inferensi
adalah tindakan atau proses membuat kesimpulan berdasarkan ungkapan logis dari
premis-premis yang diketahui atau dianggap benar. Kesimpulan yang ditarik juga
disebut sebagai idiomatik. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan
implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang
ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur). Dalam inferensi terdapat 2
jenis inferensi yaitu, langsung dan tidak langsung.
· Inferensi langsung :
Inferensi yang kesimpulannya ditarik
dari satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan).
Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh :
Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya
tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada.
Maka inferensi dari ungkapan tersebut
, bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temannya.
· Inferensi tidak langsung :
Inferensi yang kesimpulannya ditarik
dari dua atau lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru
atas dasar penggabungan proposisi lama.
Contoh
:
A : Saya melihat ke dalam kamar itu.
B : Plafonnya sangat tinggi.
Sebagai missing link
diberikan inferensi, misalnya:
C: kamar itu memiliki
plafon
b)
Implikasi
yaitu rangkuman, sesuatu yang dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta
yang juga merpakan suatu pernyataan logika yang hanya akan bernilai salah
ketika sebab bernilai benar dan akibat bernilai salah.
Implikasi dapat
merujuk kepada:
· Dalam manajemen:
o
Implikasi
prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan formulasi kebijakan
o
Implikasi
kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan.
·
Dalam
logika:
o
Implikasi
logis dalam logika matematika.
o
Kondisional
material dalam filsafah logika.
Wujud Evidensi
Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua
informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan adanya suatu kebenaran atau fakta. Fakta dalam kedudukan sebagai
evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau
penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau
informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan
yang diperoleh dari suatu sumber tertentu, biasanya berupa statistik, dan
keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada
seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi
(bahan keterangan). Evidensi sering juga disebut bukti empiris.
Cara Menguji Data
Data dan informasi adalah catatan dari kumpulan yang
merupakan fakta. Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Sedangkan instrument penelitian
adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah atau dianalisis. Oleh
karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga
bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi.
Beberapa metode untuk menguji data yaitu :
-
Observasi
Observasi atau dapat disebut juga pengamatan
merupakan seluruh kegiatan pengamatan terhadap objek dengan menggunakan seluruh
alat indra yaitu dengan penciuman, penglihatan, pendengaran, peraba dan
pengecap. Pengamatan dengan menggunakan alat indra seperti ini disebut
pengamatan langsung. Di dalam penelitian observasi dapat dilakukan dengan
menggunakan tes, kuesioner, rekaman, dan lain-lain.
-
Interview
Interview merupakan dialog yang
dilakukan oleh pewawancara kepada responden untuk menggali informasi.
-
Dokumentasi
Dokumentasi, berasal dari kata
dokumen yang artinya semua barang-barang yang tertulis. Di dalam melaksanakan
metode dokumentasi , peneliti menyelidiki benda benda tertulis seperti buku,
notulen rapat, catatan, peninggalan benda purbakala yang merupakan symbol
symbol atau gambar.
-
Otoritas
Otoritas adalah kapasitas, bawaan
atau diperoleh untuk melaksanakan pengaruhnya terhadap kelompok. Otoritas
sering disamakan dengan istilah 'kekuasaan', padahal sebenarnya tidak sama,
kekuasaan lebih mengacu pada kemampuan untuk memrintah seseorang yang orang
lain tidak memiliki kemampuan itu.
Cara menguji Fakta
·
Konsisten
Konsistensi dalam ilmu logika adalah sebuah sematik dengan
sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi
dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung dengan sintaksis. Konsisten
adalah salah satu sikap dari manusia yang sifatnya adalah untuk memegang teguh
suatu prinsip atau pendirian dari segala hal yang telah di tentukan.
·
Koherensi
Koherensi adalah bagaimana terjadinya pengaturan antara kenyataan
dan gagasan, fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah
memahami pesan yang dihubungkannya.
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh
itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru
merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua
bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan
penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan
sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
Cara Menilai Autoritas
-
Tidak
mengandung prasangka.
Pendapat yang ada disusun berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang
dilakukannya, bukan hanya sekedar prasangka atau praduga yang masih belum
dibuktikan kebenarannya.
-
Pengalaman
dan pendidikan autoritas
Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal untuk menilai
autoritas. Pendidikan yang sudah diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut di dalam
kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian
yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat
kedudukannya.
-
Kemashuran
dan prestise
Pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas harus
diketahui apakah hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise
pribadi di bidang lain atau tidak.
-
Koherensi
dengan kemajuan.
Terakhir adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas
sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat
sikap terakhir dalam bidang yang sedang diteliti itu.
Berpikir Deduktif
Pengertian deduktif adalah penarikan atau pengambilan
kesimpulan untuk suatu atau beberapa kasus khusus yang didasarkan kepada suatu
fakta umum. Pengertian ini diambil dari kata deduksi yang berasal dari bahasa
inggris yaitu deduction. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis,
definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Penarikan kesimpulan
secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme.
Silogisme disusun dari dua buah pernyataan atau proposisi dan sebuah kesimpulan
atau konklusi.
Jenis-jenis Silogisme
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang disusun
berdasarkan klarifikasi premis dan semua kesimpulannya merupakan kategorial.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang mengandung
predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang
mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor. Yang menghubungkan di
antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh:
Mayor : Semua tanaman
membutuhkan air.
Minor : Pohon jambu
adalah tanaman.
Kesimpulan : Pohon
jambu membutuhkan air.
2. Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik yaitu pernyataan yang premis mayornya
berupa proposisi hipotetik, tapi untuk premis minornya adalah proposisi
kategorik yang menetapkan atau mengingkari term antecedent atau term konklusi
premis mayornya.
Terdapat 4 macam tipe silogisme hipotetik :
-
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Mayor : Jika cuaca panas saya
menggunakan payung.(mayor)
Minor : Sekarang cuaca panas.
Kesimpulan : Saya menggunakan
payung.
-
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Mayor : Jika hujan turun, jemuran
baju akan basah.
Minor : Sekarang jemuran baju telah
basah.
Kesimpulan : Hujan telah
turun.
-
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Mayor : Jika harga BBM naik, maka
kegelisahan akan timbul.
Minor : Harga BBM tidak naik.
Kesimpulan : Kegelisahan
tidak akan timbul.
-
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Mayor : Bila masyarakat berdemo,
pihak polisi akan gelisah.
Minor : Pihak polisi tidak gelisah.
Kesimpulan : Masyarakat
tidak berdemo.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif yaitu silogisme yang tersusun atas
premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila
premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya dan akan membuat
kesimpulan yang menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Mayor : Dosen itu mengajar di Depok
atau Salemba.
Minor : Dosen itu mengajar di Salemba.
Kesimpulan
: Jadi, Dosen itu
tidak berada di Depok.
4. Entimen
Pada silogisme ini dapat kita ketahui dalam percakapan
di kehidupan sehari-hari, suatu logisme seringkali diperpendek, yakni tanpa
menyebutkan premis-premis umum. Seseorang lansung mengatakan kesimpulan yang
diikuti dengan premis khusus sebagai penyebabnya. Bentuk silogisme seperti ini
disebut entimen.
Contoh:
Mayor : Semua Presiden
yang jujur tidak mau melakukan korupsi.
Minor : Pak Jokowi seorang
pemimpin yang jujur.
Kesimpulan : Pak Jokowi
tidak mau melakukan korupsi.
Entimen : Pak Jokowi
tidak melakukan korupsi, karena ia seorang Presiden yang jujur.
Berpikir Induktif
Induksi yaitu cara untuk mempelajari sesuatu yang bertolak
belakang dari peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang sifatnya umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran dengan cara induktif dapat dimulai
dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang punya ruang lingkup yang khas
dan terbatas dalam menyusun argumentasi.
Jenis-jenis berpikir induktif :
1. Generalisasi
Generalisasi merupakan penalaran untuk penarikan kesimpulan
umum dari pernyataan atau data-data yang ada yang bertolak dari fenomena
individual.
Generalisasi dibagi menjadi 2 :
-
Generalisasi
Sempurna / tanpa loncatan induktif
Fakta yang diberikan cukup banyak dan
meyakinkan.
-
Generalisasi
Tidak Sempurna / dengan loncatan induktif
Fakta yang
digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada
2. Hipotesa dan Teori
Hipotesa merupakan bagian dari informasi yang masih belum dapat
dipastikan kebenarannya, sedangkan Teori adalah sebuah fakta yang sudah tepat
dan dapat dipertanggung jawabkan. Hipotesa adalah semacam teori yang diterima
sementara waktu untuk menerangkan fakta tertentu sebagai tuntunan untuk
meneliti fakta lebih lanjut. Sebaliknya, teori sebenarnya merupakan hipotesa
yang secara relative lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotesa.
Hipotesa merupakan suatu dugaan yang bersifat sementara, sedangkan teori
merupakan hipotesa yang telah di uji dan yang sudah dapat diterapkan.
3. Analogi
Analogi adalah penarikan kesimpulan dengan berdasarkan pada
kesamaan data atau fakta. Pada analogi biasanya membandingkan 2 hal yang
memiliki karakteristik berbeda namun dicari persamaan yang ada di tiap
bagiannya.
Tujuan dari analogi : -
Meramalkan kesamaan.
-
Mengelompokkan klasifikasi.
-
Menyingkapkan kekeliruan.
4. Hubungan Kausal
Merupakan perinsip
sebab-akibat yang dharuri dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap
kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan
eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya,
merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia
yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Induksi Dalam Metode
Eksposisi
Ini adalah salah satu jenis pengembangan pada paragraf di
dalam penulisan yang isinya ditulis dengan maksud dan tujuan untuk memberikan penjelasan
dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Sumber Penulisan :
No comments:
Post a Comment