Wednesday, November 13, 2013

Autobiografi

Nama saya adalah Alessandro Kevin, biasa dipanggil Ale di lingkungan luar, tapi di lingkungan rumah dan keluarga saya mempunyai nama panggilan Aldo. Saya adalah orang yang berjenis kelamin laki-laki dan lahir di Jakarta atau lebih tepatnya di Rumah Sakit St. Carolus di daerah Jakarta Pusat, pada tanggal 4 Januari 1993. Agama saya mengikuti kedua orang tua saya yaitu Kristen Protestan. Saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga yang dikepalai oleh Bapak Thimotius Tanasale dan dengan Ibu Mada Dewi Dewayani.
Thimoutius Tanasale adalah ayah saya, dia adalah orang yang berasal dari daerah Maluku atau biasa disebut orang ambon. Dan ibu saya, Mada Dewi Dewayani berasal dari daerah Yogyakarta. Mereka berdua adalah orang yang merawat saya serta kakak dan adik saya sejak kecil. Saya mempunyai satu kaka dan juga satu adik. Kedua saudara saya itu berjenis kelamin perempuan. Kakak saya bernama Anna Margareth, yang lahir pada tanggal 15 November 1990 di Jakarta. Dan adik saya bernama Astrid Patricia, yang lahir pada tanggal 23 Agustus 1995 di Jakarta. Kami sekeluarga tinggal di dalam satu rumah sederhana yang beralamatkan di Jl. P. Kangean Blok D 11 No 4 di Komplek AL Jatimakmur, Pondok Gede – Bekasi. Keluarga ini adalah bagian terpenting dalam hidup saya, karena keluarga ini adalah tempat awal saya belajar berbagai macam hal.
Saya memulai pendidikan saya pada umur 2 tahun di taman kanak-kanak atau TK. Awalnya saya hanya ikut-ikutan dengan kaka saya yang baru masuk TK juga, tapi ternyata saya bisa mengikuti apa yang diajarkan. Tapi karena umur saya waktu itu masih terlalu muda, guru dan orangtua saya sepakat bahwa saya tetap di TK A. Akhirnya saya menyelesaikan TK pada umur 5 tahun dan lanjut pada pendidikan berikutnya yaitu Sekolah Dasar (SD). Saat mendaftar SD saya sempat tidak diperbolehkan mendaftar karena saat itu batas usianya adalah 6 tahun, sedangkan saya masih berumur 5 tahun. Kemudian saya diberikan tes di tempat terpisah dan ternyata saya bisa mengerjakan dengan baik tes yang diberikan, bahkan nilai yang saya peroleh cukup baik. Akhirnya berdasarkan hasil tes, saya diterima bersekolah di SD tersebut. Nama SD saya adalah SD Katholik Pamardi Yuwana Bhakti, sekolah swasta Katholik yang ada tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya. Semasa di SD saya selalu masuk ke dalam kelas unggulan, tapi karena persaingan yang cukup sulit di dalam kelas unggulan, saya tidak pernah mendapatkan rangking atau masuk dalam peringkat 10 besar di kelas. Tapi saya tetap bersyukur untuk semua yang sudah saya alami selama di SD, karena saya banyak mendapatkan pengalaman. Pada kelas 3 SD saya juga mengikuti kegiatan Marching Band karena itu adalah kegiatan Ekstrakurikuler yang ada di sekolah saya. Kegiatan Marching Band adalah kegiatan yang menggunakan banyak alat musik, yang jika dipadukan akan menghasilkan musik yang baik dan enak didengar. Kemudian setelah saya lulus SD saya mengikuti tes masuk untuk SMP negeri di Jakarta. Karena saya berasal dari SD di bekasi, maka untuk masuk ke SMP negri di Jakarta cukup sulit dan harus mempunyai nilai yang tinggi. Dan karena sewaktu mengikuti tes kurang persiapan, maka saya mendapatkan SMP yang tidak termasuk dalam kategori unggulan, yaitu SMPN 24 Jakarta. Itu adalah SMP negri yang terdapat di daerah Kampung Dukuh, Jakarta Timur. Semasa SMP saya merasakan pergaulan yang berbeda karena saya berasal dari SD swasta dan sebelumnya belum pernah bersekolah di sekolah negri. Masuk di SMP negri membuat saya mendapatkan banyak pengalaman baru dan juga membuat saya mengenal berbagai macam teman-teman baru yang mempunyai sifat berbeda-beda dan tidak pernah saya temui sebelumnya.
Kemudian setelah melalui tiga tahun masa SMP yang menyenangkan, akhirnya saya lulus dengan nilai yang cukup baik. Rata-rata 8,4 dari tiga mata pelajaran membuat saya lebih mudah dalam memilih SMA. Tapi karena SMA yang masuk kategori unggulan kebanyakan letaknya cukup jauh dari tempat tinggal saya, sehingga membuat saya mengambil keputusan untuk mencari SMA negri yang tidak terlalu jauh. Akhirnya saya mendaftar di SMAN 113 yang terletak di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Saya langsung lolos dan mendapatkan peringkat 39 dari sekitar 400 siswa yang diterima. Masa SMA adalah masa yang sangat menyenangkan, karena disitulah proses saya menjadi dewasa. Di SMA saya mengikuti kegiatan Futsal yang termasuk dalam kegiatan Ekstrakurikuler. Saya selalu mengikuti kegiatan futsal yang ada di sekolah saya yang waktu itu selalu diadakan setiap sabtu pagi dan hari kamis sepulang sekolah. Tapi bukan karena saya senang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, tapi karena memang saya sangat menyukai futsal. Futsal sudah menjadi hobby saya. Futsal adalah olahraga yang menyenangkan menurut saya. Melalui futsal kita bisa banyak belajar, misalnya belajar bekerja sama karena di dalam futsal kerja sama adalah yang terutama. Saya mengikuti kegiatan futsal dari kelas 1 sampai di kelas 3 dan sudah mengikuti berbagai macam lomba futsal antar sekolah. Prestasi yang telah di dapat pun cukup banyak. Tapi prestasi tertinggi yang pernah saya raih adalah Juara 1 Futsal di perlombaan Freedom of Forestation, suatu kompetisi futsal antar SMA seJabodetabek yang diadakan oleh SMAN 48 Jakarta. Menjadi juara pada perlombaan tersebut adalah hal yang sangat membanggakan, karena perlombaan tersebut diikuti oleh berbagai sekolah yang juga tentunya sudah terkenal di bidang futsal. Kami berhasil menjadi juara pada perlombaan tersebut berkat usaha, kerja keras, dan juga hasil latihan kami sehingga kami mampu membawa nama baik sekolah kami. Tim futsal yang berhasil menjadi juara itu pun sampai sekarang masih tetap terbentuk dan mempunyai nama Rayhan FC. Walaupun setelah kami lulus SMA tapi kami masih tetap kompak dan selalu berlatih dengan rutin. Walau sekarang sudah punya kesibukan masing-masing, tapi kami masih selalu menyempatkan diri untuk terus berkumpul dan berlatih bersama. Kembali ke SMA, SMA adalah tempat pembelajaran yang cukup sulit. Mulai dari pelajarannya, juga lingkup sosialnya pun semakin luas. Tapi saya berhasi melalui tiga tahun masa SMA, walaupun banyak sekali rintangan seperti tugas-tugas yang selalu ada, godaan atau ajakan dari teman-teman yang mengarah ke arah negative dan juga banyak hal lain yang didapat di SMA.
Setelah lulus SMA saya tidak langsung melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Setelah sempat menganggur selama satu tahun, di tahun berikutnya saya mulai mencari pekerjaan. Dan akhirnya saya ditawarkan untuk bekerja di travel agent. Setelah mengikuti interview, akhirnya saya langsung diperbolehkan bekerja esok harinya. Awal bekerja cukup sulit untuk bangun pagi karena sudah terbiasa bangun siang. Tapi karena tuntutan pekerjaan, maka saya harus berusaha. Setelah hampir setahun bekerja, saya mulai berpikir untuk melanjutkan pendidikan. Dan saya juga mendapat nasehat juga dukungan dari orang-orang sekitar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah. Tempat bekerja saya saat itu terletak di deretan Ruko Duta Permai yang berada tepat bersebelahan dengan Universitas Gunadarma kampus J. Karena letaknya yang sangat berdekatan, saya memutuskan untuk mendaftar di Gunadarma untuk kelas malam atau kelas karyawan. Setelah mendaftar kemudian saya juga mengikuti tes. Lulus dengan hasil yang lumayan yaitu Grade A, saya melanjutkan dengan tes kesehatan. Pada tes kesehatan saya juga dinyatakan lulus dan tinggal mengikuti masa pra kuliah. Tapi masalah terjadi setelah semua urusan administrasi selesai. Pimpinan dari tempat saya bekerja tidak mengijinkan saya untuk kuliah. Saya sempat bingun harus memilih yang mana, karena jika saya tidak bekerja maka saya tidak bisa membiayai kuliah. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari pekerjaan lain sebelum keluar dari tempat saya bekerja. Itu saya lakukan setelah saya memutuskan bahwa tahun itu juga saya harus memulai kuliah. Akhirnya saya ditawarkan bekerja dengan saudara saya, karena mereka mempunyai usaha keluarga dan mereka juga sangat mendukung saya untuk melanjutkan pendidikan. Letaknya pun tidak jauh dari rumah saya, sehingga memudah kan saya untuk kuliah. Dan akhirnya saya pun masuk di Universitas Gunadarma pada tahun 2012.
Selain mempunyai kegiatan bekerja dan juga kuliah, saya juga banyak mengikuti kegiatan di gereja. Karena cukup aktif dalam mengikuti kegiatan di gereja, saya terpilih menjadi salah satu pengurus pemuda gereja yang dinama Gerakan Pemuda GPIB Pelita. GPIB Pelita adalah gereja tempat saya beribadah. Menjadi seorang pengurus bukan lah hal yang mudah seperti yang saya pikirkan pada awalnya. Banyak hal yang tidak berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Kemudian selalu ada masalah yang menyebabkan timbulnya perpecahan antar anggota atau bahkan antar pengurus. Jika saja kita tidak bisa menyikapi dengan bijak bukan tidak mungkin susunan pengurus ini bisa berantakan. Tapi kami masing-masing mencoba untuk saling percaya dan yakin bahwa tanggung jawab akan dapat dilakukan oleh masing-masing pengurus. Sehingga masalah-masalah yang muncul akan kita bicarakan bersama, supaya mempermudah penyelesaiannya. Saya masih menjadi pengurus hingga sekarang, dan dengan banyak maslah. Tapi saya dan pengurus lainnya yakin bahwa tidak ada yang tidak mungkin terselesaikan jika kita saling percaya, saling bekerjasama, dan tentunya mengandalkan Tuhan.
Sekarang saya masih bekerja dan berkuliah di semester 3. Semakin sulit pendidikan yang akan saya jalani, tapi saya yakin saya mampu menjalaninya. Semoga apa yang saya ceritakan tentang diri saya ini dapat memberikan makna pada yang membacanya dan akan sangat baik jika dapat menjadikan motivasi.

Terima Kasih J

Monday, November 11, 2013

Proses Organisasi

Proses Organisasi adalah segala aktivitas-aktivitas utama yang dilakukan dalam suatu organisasi. Proses organisasi itu berkaitan dengan interaksi antar anggota di dalam suatu organisasi dan dapat diartikan sebagai prosedur bagaimana anggota dapat saling bahu membahu untuk membangun suatu organisasi.

Proses Organisasi juga mempunyai bagian-bagian seperti :
1. Proses Komunikasi,  yaitu rangkaian kegiatan sebelum atau pada saat kejadian itu sedang terjadi. Dalam proses ini, bahwa komunikasi dalam sebuah proses organisasi agar tidak ada kesalahpahaman antar anggota organisasi dalam menjalankan tugasnya masing-masing sangat penting.
2. Hubungan antar peran, selain komunikasi Hubungan antar suatu anggota dalam organisasi itu sangat penting terutama untuk membangun proses kerja dari organisasi tersebut supaya maka setiap anggota dalam organisasi akan saling bekerjasama secara optimal dalam menjalankan perannya masing.
3. Tahap Pengawasan, dimulai komunikasi dalam tahap perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, penggunaan SDM yang layak, penggunaan anggraran, pengarahan, pelaksanaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan sampai pada organisasi selesai dan jika proses pengawasan tidak dilaksanakan, maka biasanya pencapaiannya kurang baik.
4. Pengawasan/pengendalian, Dalam sebuah proses diperlukan pengawasan/pengendalian terhadap pihak yang berwewenang agar suatu proses organisasi dapat berjalan dengan baik, terarah dan sesuai dengan tujuan.

Proses Mempengaruhi

Pengaruh adalah suatu kegiatan atau keteladanan yang menunjukan hal baik,yang dilakukan secara langsung ataupun secara tidak langsung, sehingga mengakibatkan suatu perubahan perilaku sikap, baik itu individu atau kelompok. Setiap organisasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Namun, bagaimana kita melaksanakan suatu wewenang agar organisasi tersebut mendapat pengaruh yang baik.

Elemen-elemen yang ada dalam suatu proses mempengaruhi antara lain :
a. orang yang mempengaruhi (0)
b. metode mempengaruhi (→)
c. orang yang dipengaruhi (p)
Jadi proses mempengaruhi : 0 → p

Metode mempengaruhi :
a. Keahlian fisik = Keahlian fisik dapat berguna untuk mempengaruhi orang karena dengan kita melakukan suatu hal yang menggunakan fisik atau sebagainya dapat mengubah pandangan seseorang terhadap suatu hal.
b. Penggunaan sanksi (Positif/Negatif) = Metode ini dapat berguna untuk mempengaruhi karena dari sanksi yang telah diberikan kepada seseorang akan membuat orang berpikir saat akan melakukannya lagi.
c. Keahlian = Merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi yaitu menggunakan keahlian, karena dengan keahlian kita dapat menunjukkan dengan pasti sesuatu yang kita yakini.
d. Kharisma (daya tarik) = Sesuatu yang tidak dipunyai semua orang, yang ternyata mempunyai peran penting untuk mempengaruhi karena dengan metode ini tanpa sengaja pun orang bisa terpengaruh dengan kondisi kita.

Di dalam mempengaruhi terdapat daerah pengaruh, yaitu mencakup hubungan – hubungan antara perseorangan, kelompok dengan seseorang, dan juga seseorang dengan kelompok.

Ada beberapa analisis tentang hubungan antara kekuasaan dan pengaruh, yaitu :
1. Analisis French-Raven
Kekuasaan berdasarkan pada pengaruh, dan pengaruh berdasarkan pada perubahan psikolog. Pengaruh adalah pengendalian yang dilakukan oleh seseorang dalam organisasi terhadap orang lain. Konsep penting atas dasar gagasan ini adalah bahwa kekuasaan merupakan pengaruh laten (terpendam), sedangkan pengaruh merupakan kekuasaan dalam kenyataan (yang direalisasikan).
French-Raven mengidentifikasikan lima sumber atau basis kekuasaan. Setiap sumber dapat terjadi pada smua tingkatan.
a. Kekuasaan balas jasa (reward power)
b. Kekuasaan paksaan (coercive power)
c. Kekuasaan sah (legitimate power)
d. Kekuasaan ahli ( expert power)
e. Kekuasaan panutan (referent power)

2. Analisis Etzioni
Mencurahkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh seseorang untuk orang lain baik suka maupun tidak.

3. Analisis Nisbet
Wewenang sebagai suatu “satuan-gagasan” sosiologi,dan merupakan penerimaan suka rela seseorang akan perubahan-perubahan yang dilakukan oleh para pemimpin mereka. Kekuasaan, merupakan paksaan atau usaha mendominasi orang lain agar berperilaku dengan cara-cara tertentu tanpa mempengaruhi system priferensinya.

Proses Pengambilan Keputusan

Keputusan dari seorang pemimpin tidak datang secara tiba-tiba, tetapi melalui suatu proses. Pengambilan keputusan yang akan diwujudkan menjadi kegiatan kelompok merupakan hak dan kewajiban pucuk pimpinan berupa wewenang dan wewenang itu dapat dilimpahkan. Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin yang bersifat apriori (berburuk sangka) selalu merupakan proses, baik yang berlangsung dalam pikiran maupun dalam kegiatan oprasioal pemecahan masalah. Proses pengambilan keputusan itu berlangsung dengan tahapan sebagai berikut :
a. Menghimpun data melalui pencatatan bahkan mungkin berupa kegiatan penelitian
b. Melalui analisis data
c. Menetapkan keputusan yang akan ditempuh
d. Mengoprasionalakan keputusan menjadi kegiatan
e. Selama berlangsungnya kegiatan sebagai pelaksana keputusan akan diperoleh data oprasional yang baru

Konsep Pengambilan Keputusan :
- Identifikasi dan diagnosis masalah
- Pengumpulan dan analisis data yang relevan
- Pengembangan & evaluasi alternative
- Pemilihan alternatif terbaik
- Implementasi keputusan & evaluasi terhadap hasil – hasil


a. Tipe –Tipe Keputusan Manajemen
• Keputusan-keputusan perseorangan dan strategi
• Kepusan-keputusan pribadi & strategi
• Keputusan-keputusan dasar & rutin

b. Model-model Pengambilan Keputusan
• Relationalitas Keputusan
• Model- model perilaku pengambilan keputusan

c. Teknik Pengambilan Keputusan
- Teknik Kreatif
Brainstorming = Berusaha untuk menggali dan mendapatkan kreatifitas maksimum dari kelompok dengan memberikan kesempatan para anggota untuk melontarkan ide-idenya.
Synectics = Didasarkan pada asumsi bahwa proses kreatif dapat dijabarkan dan diajarkan, dimaksudkan untuk meningkatkan keluaran (output) kreatif individual dan kelompok.
- Teknik Partisipatif
Individu individu atau kelompok dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.

Proses mempengaruhi pengambilan keputusan. Dan komunikasi adalah proses-proses manejerial karena secara nnyata dilaksanakan oleh para manajer. Proses-proses ini juga merupakan proses-proses organisasional karena lebih penting daripada manajer individual dalam pengaruhnya apada pencapaian tujuan–tujuan organisasi. Ketiga proses organisasi dan manejemen ini merupakan bagian vital sistem organisasi formal dan mempunyai implikasi-implikasi sangat penting terhadap perilaku organisasional.

Sumber :













Saturday, November 2, 2013

Konflik Organisasi

Pengertian Konflik

Konflik bisa diartikan sebagai suatu proses social diantara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menjatuhkan, menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Biasanya konflik ini diawali dengan adanya perbedaan yang dibawa oleh satu individu di dalam interaksi, sehingga menghasilkan perbedaan pendapat yang memungkinkan menimbulkan suatu masalah.

Jenis-jenis Konflik

1. Konflik peranan yang terjadi di dalam diri sesorang, terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan.
2. Konflik antar peranan, terjadi karena adanya perbedaan kepribadian antara peranan yang satu dengan peranan lainnya.
3. Konflik yang timbul karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang, terjadi jika seseorang gagal memenuhi harapan dari beberapa orang dan juga gagal menyesuaikan diri.
4. Konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling bertentangan, terjadi akibat munculnya pendapat-pendapat yang bertentangan dari berbagai individu sehingga terjadi masalah.

Sumber-sumber Konflik

1. Kebutuhan untuk membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas
Bila setiap satuan dalam suatau organisasi mempunyai sumber daya terbatas, masalah bagaimana membaginya merupakan konflik potensial. Sumber daya-sumber daya tersebut harus di lokasikan, sehingga beberapa kelompok tak terelakan akan mendapatkan lebih sedikit dari pada yang mereka inginkan atau butuhkan.

2. Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan
Kelompok-klompok organisasi cenderung menjadi terspesialisasi atau di bedakan karena mereka mengembangkan berbagai tujuan, tugas dan personalia yang tidak sama. Perbedaan-perbedaan ini sering mengakibatkan konflik kepentingan atau prioritas, meskipun tujuan organisasi sebagai keseluruhan telah di setujui.

3. Saling ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja
Saling ketergantungan kerja ada bila dua atau lebih kelompok saling tergantung satu dengan yang lain untuk menyelesaikan tugas-tugas reperatif mereka.

4. Perbedaan nilai-nilai atau persepsi
Perbedaan-perbedaan tujuan diantara para anggota berbagai satuan dalam organisasi sering berkaitan dengan berbagai perbedaan sikap, nilai-nilai dan persepsi yang dapat menimbulkan konflik.

5. Kemenduaan Organisasional
Konflik antar kelompok dapat juga berasal dari tanggung-jawab kerja yang dirumuskan secara mendua (ambiguos) dan tujuan-tujuan yang tidak jelas.

6. Gaya-gaya individual
Banyak orang menyukai konflik, debat dan ada argumentasi; dan bila hal ini dapat dikendalikan maka dapat menstimulasi para anggota organisasi untuk meningkatkan atau memperbaiki prestasi.

Strategi Penyelesaian Konflik

1. Kalah – Kalah
Biasanya terjadi jika orang yang bertemu sama-sama punya paradigma Menang-Kalah. Karena keduanya tidak bisa bernegosiasi secara sehat, maka mereka berprinsip jika tidak ada yang menang , lebih baik semuanya kalah. Mereka berpusat pada musuh, yang ada hanya perasaan dendam tanpa menyadari jika orang lain kalah dan dirinya kalah sama saja dengan bunuh diri.

2. Menang – Kalah
Paradigma ini mengatakan jika “saya menang, anda kalah “. Dalam gaya ini seseorang cenderung menggunakan kekuasaan, jabatan, mandat, barang milik, atau kepribadian untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan mengorbankan orang lain. Dengan paradigma ini seseorang akan merasa berarti jika ia bisa menang dan orang lain kalah. Ia akan merasa terancam dan iri jika orang lain menang sebab ia berpikir jika orang lain menang pasti dirinya kalah. Jika menang pun sebenarnya ia diliputi rasa bersalah karena ia menganggap kemenangannya pasti mengorbankan orang lain. Pihak yang kalah pun akan menyimpan rasa kecewa, sakit hati, dan merasa diabaikan.

3. Menang – Menang
Menang-Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari keuntungan bersama dalam semua interaksi. Menang-Menang berarti mengusahakan semua pihak merasa senang dan puas dengan pemecahan masalah atau keputusan yang diambil. Paradigma ini memandang kehidupan sebagai arena kerja sama bukan persaingan. Paradigma ini akan menimbulkan kepuasan pada kedua belah pihak dan akan meningkatkan kerja sama kreatif.

Pengertian Motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti "dorongan" atau rangsangan atau "daya penggerak" yang ada dalam diri seseorang. Motivasi dapat ditimbulkan baik oleh faktor internal maupun eksternal tergantung darimana suatu kegiatan dimulai. Kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internal. Begitu juga dalam suatu organisasi, setiap individu akan mempunyai kebutuhan dan keinginan yang berbeda dan unik. Penggolongan motivasi internal yang dapat diterima secara umum belum mendapat kesepakatan para ahli, namun demikian para psikolog menyetujui bahwa motivasi internal dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Motivasi fisiologis, yang merupakan motivasi alamiah (biologis) seperti lapar, haus, seks.
b. Motivasi psikhologis yang dapat dikelompokan dalam 3 kategori dasar, yaitu :
- Motivasi kasih sayang (Affectional Motivation)
- Motivasi mempertahankan diri (Ego-Defensive Motivation)
- Motivasi memperkuat diri (Ego-Bolstering Motivation)

Teori-teori Motivasi

1. Teori Xdan Y Mc Gregor

X dan Teori Y ialah teori motivasi manusia yang dicipta dan dibangunkan oleh Douglas McGregor di Sekolah Pengurusan MIT Sloan pada 1960-an, yang telah digunakan bagi pengurusan sumber manusia, tingkah laku organisasi, komunikasi organisasi dan pembangunan organisasi. Ia menggambarkan dua model bertentangan mengenai motivasi tenaga kerja. Teori ini mengemukakan strategi kepemimpinan efektif dengan menggunakan konsep pengurusan berpenyertaan.
Konsep ini terkenal dengan menggunakan anggapan-anggapan sifat dasar manusia. Pemimpin yang menyukai teori X cenderung menyukai gaya kepemimpinan melalui kuasa dan sebaliknya, seorang pemimpin yang menyukai teori Y lebih menyukai gaya kepemimpinan demokratik. Sebagai contoh, karyawan yang memiliki jenis teori X adalah karyawan dengan sifat yang tidak akan bekerja tanpa perintah, sebaliknya karyawan yang memiliki jenis teori Y akan bekerja dengan sendirinya tanpa perintah atau pengawasan dari atasannya. Jenis Y ini adalah jenis yang sudah menyedari tugas dan tanggungjawab pekerjaannya.

Teori X dan Teori Y mempunyai kaitan dengan persepsi pengurus ke atas pekerja mereka, bukan mengenai cara mereka biasanya bertindak. Ia adalah sikap dan bukannya ciri-ciri . Teori perilaku ialah teori yang menjelaskan bahawa suatu perilaku tertentu dapat membezakan pemimpin dan bukan pemimpin pada setiap manusia. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para pengurus / pemimpin organisasi syarikat memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan iaitu teori x atau teori y.

Teori X
Teori ini menyatakan bahawa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki cita-cita yang kecil untuk mencapai tujuan syarikat namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan syarikat.

Teori Y

Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kudrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat kerana mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan syarikat. Pekerja memiliki kemampuan kreatif, imaginasi, kepandaian serta memahami tanggungjawab dan prestasi atas pencapaian tujuan bekerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.

2. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
(1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex;
(2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
(3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
(4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
(5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.

3. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)

Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”

Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :
(1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
(2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan
(3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)

Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.



Sumber :