Wednesday, April 22, 2015

Sialnya Aku Hari Ini...



Saat kantor mulai sepi, Daniel menghela nafas sesaat setelah dia melihat jam di dinding. Jam telah menunjukkan pukul 17.30, sudah terlambat 30 menit dari jam pulang kantor. Daniel adalah pegawai di perusahaan percetakan, yang bekerja di bagian desain grafis. Daniel pegawai yang masih berumur 21 tahun. Dia sudah bekerja di perusahaan tersebut selama hampir 4 tahun, tepatnya semenjak dia lulus SMA.

Pada hari itu dia mendapat pekerjaan untuk mengerjakan beberapa desain dari perusahaan yang sudah lama bekerja sama dengan perusahaan tempat dia bekerja tersebut. Setelah melihat jam, Daniel semakin tidak fokus dalam melakukan pekerjaannya karena dia mempunyai jadwal kuliah pada hari itu. Daniel bukan hanya pegawai, dia juga mahasiswa kelas karyawan jurusan desain di Universitas Swasta di Jakarta. Karena dia mahasiswa kelas karyawan, dia hanya masuk kuliah pada malam hari, aktivitas yang dia lakukan sepulang bekerja. Hari ini dia mempunyai jadwal untuk ujian praktikum di kampusnya pada pukul 18.30 tepat. Memang kampus tempat kuliahnya tidak jauh dari tempat dia bekerja, tapi dia sama sekali belum melakukan persiapan dalam menghadapi ujian tersebut. Akhirnya Daniel memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan bergegas berangkat ke kampus dengan motor miliknya.

Beberapa menit kemudian dia sudah tiba di halaman parkir kampusnya yang sepi, karena teman-temannya dan mahasiswa lain pasti sudah ada di dalam kelas karena sudah hampir waktunya masuk. Daniel merasa lelah setelah seharian bekerja dan dia masih harus mengikuti ujian. Dia sudah tidak mempersiapkan dirinya untuk ujian, tetapi hanya pasrah dengan ujian tersebut. Dia masuk ke dalam melewati lobby kampus yang sangat sepi. Baru sadar dia merasakan suasana sepi di kampusnya tersebut cukup menyeramkan saat malam hari. Memang kampus tempat dia kuliah adalah gedung tua yang sebelumnya pernah tidak terurus. Bahkan kabarnya kampus itu dulu bekas rumah sakit bekas jaman penjajahan belanda yang sudah direnovasi seadanya. Daniel tidak biasanya berjalan sendiri di dalam kampus pada malam hari, biasanya dia bersama dengan teman-teman atau mahasiswa lain. Tapi entah mengapa pada hari itu sangat sepi.

“Mungkin mereka sudah di kelas”, pikir Daniel sambil melanjutkan perjalanan.

Kelas tempat Daniel ujian ada di lantai 3, selain melewati tangga, dia juga harus melewati lorong yang cukup panjang. Setelah dia tiba di lantai 3, suasananya jauh lebih menyeramkan di lorong itu. Lampu-lampu yang tidak semuanya menyala membuat lorong itu sedikit gelap. Daniel yang sudah merasa ketakutan langsung berlari menuju kelasnya. Akhirnya dia tiba di kelas dengan baju yang sudah basah dengan keringat.

“Untung kau tidak terlambat, tapi kenapa kau bisa sampai berkeringat?” Beni salah seorang teman kelasnya langsung menyapanya ketika melihat dia baru tiba.

“Sepertinya hari ini adalah hari yang buruk bagiku,” jawab Daniel dengan muka lesu sambil duduk di tempatnya.

“Ya sudah lah, fokus untuk ujian! Selesai ujian nanti aku traktir kau makan di warung sebelah,” ujar Beni berusaha menghibur temannya.

“Baiklah, terima kasih Beni, aku memang sangat lapar,” jawab Daniel dengan wajah yang sudah bisa kembali tersenyum.

Daniel pun akhirnya mengikuti ujian dengan seadanya. Walaupun tanpa persiapan Daniel tidak terlalu khawatir dengan hasil ujiannya, karena itu adalah mata kuliah yang cukup dia kuasai. Ujian berlangsung sekitar 2 jam. Setelah ujian selesai Daniel langsung keluar kelas dan mencari Beni untuk menagih janjinya. Setelah menemukan Beni, mereka langsung menuju warung makan di dekat kampus mereka karena ternyata Beni juga sudah kelaparan. Karena warung makan itu letaknya dekat, mereka tidak membawa motor dan meninggalkan di parkiran kampus. Saat makan Daniel berbicara dan bercanda dengan Beni sampai lupa dengan kerjaannya. Bahkan mereka tidak sadar kalau jam sudah menunjukkan pukul 22.10.

 “Ah gawat! Kita sudah terlalu lama disini,” kata Beni setelah melihat jam di handphonenya.

“Ya sudah, ayo kita pulang,” jawab Daniel.

Kemudian mereka membayar dan menuju ke parkiran. Di pintu gerbang kampus mereka dimarahi oleh satpam karena sudah terlalu malam untuk parkir disana. Setelah meminta maaf akhirnya mereka menuju ke motor masing-masing. Karena motor Beni diparkir dekat dengan gerbang, akhirnya mereka berpisah dan Beni izin pulang duluan meninggalkan Daniel yang parkir cukup jauh dari gerbang.

“Kampus malam hari sangat menyeramkan,” bilang Daniel setelah melihat lampu di dalam kampus sudah hampir semua dimatikan.

Setelah tiba di motornya, Daniel baru teringat kalau dia harus memberi tahu atasannya kalau pekerjaannya belum selesai hari ini. Dia pun membuka tas nya untuk mencari handphone. Tiba-tiba Daniel merasa lemas karena tidak bisa menemukan handphonenya.

“Dimana ya hanphone ku, kenapa aku bisa lupa,” keluh Daniel di motornya.

Daniel mencoba mengingat kembali kapan terakhir kali dia mengeluarkan handphonenya. Dia baru sadar kalau handphone nya tadi terakhir dia gunakan untuk melihat jam sebelum ujian dimulai.

“Jangan-jangan hanphone itu masih di kelas,” pikir Daniel sambil berjalan ke lobby kampus.

Saat sudah di pintu lobby, dia melihat kalau isi kampus sudah gelap. Hampir tidak ada lampu yang masih menyala. Dia sedikit ragu untuk masuk karena sejauh yang dia lihat sudah tidak ada orang yang berada di dalam kampus, termasuk petugas kebersihan. Dia berpikir untuk mencari petugas kebersihan untuk menanyakan handphone nya, tapi tidak ada satu pun yang bisa dia temukan. Karena dia membutuhkan handphone itu, akhirnya dia memberanikan diri untuk masuk.

“Di lobby saja begitu gelap, bagaimana di lantai 3 nanti,” Daniel mengeluh dan mulai sedikit takut.

Karena sudah sedikit gelap dia menaiki tangga dengan perlahan, sambil terus berharap ada petugas kebersihan yang masih bisa ditemukan. Tapi ternyata sampai di lantai 3 masih tidak ada petugas yang ditemui. Sesampainya di lantai 3 dia semakin bertambah ragu. Kondisi di lantai ini sangat menyeramkan, karena sudah tidak ada lampu yang masih menyala. Dia memandang lorong menuju kelasnya dengan perasaan gelisah. Lorong tersebut sangat gelap dan menyeramkan seperti halnya lorong bekas rumah sakit yang sudah tidak terpakai. Daniel hanya terdiam di tangga dan membayangkan banyak hal yang akan terjadi jika dia mencoba ke kelas. Mulai terbayang dalam pikirannya hal-hal yang tidak masuk akal, yang biasa dia lihat di film-film horor yang sering ditontonnya. Tapi karena sudah tanggung dan dia sangat membutuhkan handphonenya, dia pun memberanikan diri berjalan ke kelas dengan penerangan seadanya.

“Kenapa aku sangat sial hari ini,” Daniel menghela nafas sambil terus berjalan.

Entah kenapa lorong tersebut terasa lebih panjang dari biasanya. Daniel terus berjalan sambil melihat sekitar. Dia tidak berani berlari dengan penerangan yang tidak memadai. Beberapa langkah kemudian Daniel berhenti berjalan. Dia merasa mendengarkan langkah kaki selain langkah kakinya. Dia berhenti sesaat dan sepertinya langkah tersebut tidak terdengar lagi. Daniel pun kembali berjalan menuju kelas. Belum ada 5 langkah dia sudah berhenti, dan kembali mendengar suara langkah. Langkah itu terdengar dari arah tangga. Seharusnya dari lorong tangga itu bisa terlihat, tapi dengan kondisi tanpa lampu sepertinya membuat Daniel tidak bisa melihat ke arah yg jauh. Daniel melihat ke arah tangga untuk sekedar memastikan. Dan langkah itu terdengar lagi, kini lebih jelas, Daniel mulai berpikiran macam-macam, dan dia menjadi ketakutan. Dari arah tangga terlihat cahaya kecil dan langkah kaki yang mulai mendekat ke arahnya. Daniel ketakutan melihat itu dan dia mulai berlari kecil ke arah kelasnya. Semakin Daniel mempercepat langkahnya, langkah kaki yang ada di belakangnya pun semakin cepat. Daniel sedikit menoleh ke belakang dan melihat cahaya kecil itu sudah semakin dekat . Daniel kemudian berlari karena sudah benar-benar ketakutan. Dia sudah tidak fokus dengan langkah kaki di belakangnya. Setelah melihat kelas dia langsung bergegas masuk dan menutup pintu kelas itu. Dengan masih ketakutan dia duduk di belakang pintu kelas.

“Kenapa aku harus mengalami hal ini?” Daniel bertanya pada dirinya sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 22.35.

Kemudian Daniel berpikir untuk mulai mencari handphonenya di dalam kelas. Baru saja dia mau bangun terdengar suara pintu diketuk dari luar. Daniel terkejut dan dengan panik langsung berteriak, “Siapa diluar?”.

Tidak ada jawaban dari luar pintu, malah kembali terdengar ketukan. Daniel kembali bertanya tapi tidak ada jawaban. Daniel menutup erat pintu dengan badannya. Ketukan itu kembali terdengar dan Daniel sudah tidak mau menanggapinya. Dia sangat ketakutan dan berdoa dalam hati. Tidak lama kemudian sesuatu dari luar pintu itu seperti mencoba masuk dan mendorong pintu dari luar. Daniel semakin ketakutan karena sesuatu itu berusaha masuk. Daniel yang sudah lemas karena ketakutan dan kelelahan mulai menyerah. Sesuatu dari luar itu tampaknya lebih kuat untuk membuka pintunya. Pintu sedikit mulai sedikit terbuka, tapi Daniel masih tetap berusaha menutupnya. Setelah pintu mulai terbuka dan sedikit tercipta celah, ada cahaya yang masuk dari celah pintu langsung menunjuk ke arah Daniel.

“Hanphoneku?” Daniel terkejut dan melepas pintu.

Dia memberanikan diri mengambil hanphone itu dari tangan yang masuk lewat celah pintu dan kemudian dia membuka pintunya. Betapa lega nya Daniel saat membuka pintu sosok yang dia lihat tidak seperti yang ada dalam pikirannya. Ternyata yang daritadi berada di balik pintu, adalah Mas Reno, salah seorang petugas kebersihan di kampus tersebut. Daniel mengenalnya karena memang hampir semua mahasiswa mengenal Mas Reno. Mas Reno memang memiliki kekurangan, dia tidak bisa bicara sejak lahir, tetapi dia selalu ramah dan murah senyum kepada setiap mahasiswa. Bahkan banyak mahasiswa yang sering berbicara dan bertanya kepada Mas Reno termasuk Daniel melalui pesan singkat atau SMS.

“Kenapa aku bisa tidak menyadari kalau itu adalah Mas Reno?” kata Daniel yang sudah hilang ketakutannya “Maafkan aku Mas Reno, aku tidak tahu kalau itu kau.”

Mas Reno menjawab dengan senyumannya yang sudah biasa terlihat. Ternyata yang daritadi mengejar dan mencari dia adalah Mas Reno. Mas Reno membawa handphone milik Daniel yang dia temukan di kelas itu. Setelah Daniel berterima kasih dia segera turun dengan diantar Mas Reno sampai di tangga. Daniel cepat-cepat kelur dari kampus dan berjalan ke motornya. Dia berpamitan dengan satpam dan bergegas pulang.

Sesampainya di rumah, Daniel segera membersihkan diri dan langsung masuk kamar. Sebelum tidur dia menelepon atasannya, tetapi tidak diangkat karena memang sudah terlalu larut. Akhirnya dia pergi ke tempat tidur dengan membawa handphonenya.

“Ah sebaiknya aku juga berterima kasih pada Mas Reno,” Daniel berkata sambil mengetik sms di tempat tidurnya.

Setelah sms tersebut dikirim Daniel berencana untuk langsung tidur. Tapi baru akan memejamkan mata ada pesan masuk di handphonenya. Daniel yang sudah sangat lelah membuka handphonenya dengan malas. Tapi saat dia membaca handphonenya, dia langsung duduk di tempat tidurnya dan terkejut. Ternyata itu balasan sms dari Mas Reno yang isinya :

“Maaf Mas, maksudnya apa ya? Saya sudah 3 hari ini di rumah karena sakit dan kemungkinan baru besok lusa saya kembali bekerja.”

“Jadi tadi itu siapa yang mengembalikan hanphone ini?” kata Daniel kebingungan juga ketakutan.

Tetapi Daniel sudah sangat lelah dan tidak mau memikirkan hal itu. Dia berbaring untuk tidur dan berkata, “Sialnya aku hari ini...”.

No comments:

Post a Comment