Saat kantor mulai sepi, Daniel menghela nafas sesaat setelah
dia melihat jam di dinding. Jam telah menunjukkan pukul 17.30, sudah terlambat
30 menit dari jam pulang kantor. Daniel adalah pegawai di perusahaan percetakan,
yang bekerja di bagian desain grafis. Daniel pegawai yang masih berumur 21
tahun. Dia sudah bekerja di perusahaan tersebut selama hampir 4 tahun, tepatnya
semenjak dia lulus SMA.
Pada hari itu dia mendapat pekerjaan untuk mengerjakan
beberapa desain dari perusahaan yang sudah lama bekerja sama dengan perusahaan
tempat dia bekerja tersebut. Setelah melihat jam, Daniel semakin tidak fokus
dalam melakukan pekerjaannya karena dia mempunyai jadwal kuliah pada hari itu.
Daniel bukan hanya pegawai, dia juga mahasiswa kelas karyawan jurusan desain di
Universitas Swasta di Jakarta. Karena dia mahasiswa kelas karyawan, dia hanya
masuk kuliah pada malam hari, aktivitas yang dia lakukan sepulang bekerja. Hari
ini dia mempunyai jadwal untuk ujian praktikum di kampusnya pada pukul 18.30
tepat. Memang kampus tempat kuliahnya tidak jauh dari tempat dia bekerja, tapi
dia sama sekali belum melakukan persiapan dalam menghadapi ujian tersebut.
Akhirnya Daniel memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan bergegas
berangkat ke kampus dengan motor miliknya.
Beberapa menit kemudian dia sudah tiba di halaman parkir
kampusnya yang sepi, karena teman-temannya dan mahasiswa lain pasti sudah ada
di dalam kelas karena sudah hampir waktunya masuk. Daniel merasa lelah setelah
seharian bekerja dan dia masih harus mengikuti ujian. Dia sudah tidak
mempersiapkan dirinya untuk ujian, tetapi hanya pasrah dengan ujian tersebut.
Dia masuk ke dalam melewati lobby kampus yang sangat sepi. Baru sadar dia
merasakan suasana sepi di kampusnya tersebut cukup menyeramkan saat malam hari.
Memang kampus tempat dia kuliah adalah gedung tua yang sebelumnya pernah tidak terurus.
Bahkan kabarnya kampus itu dulu bekas rumah sakit bekas jaman penjajahan
belanda yang sudah direnovasi seadanya. Daniel tidak biasanya berjalan sendiri
di dalam kampus pada malam hari, biasanya dia bersama dengan teman-teman atau
mahasiswa lain. Tapi entah mengapa pada hari itu sangat sepi.
“Mungkin mereka sudah di kelas”, pikir Daniel sambil melanjutkan perjalanan.
Kelas tempat Daniel ujian ada di lantai 3, selain melewati tangga, dia juga harus melewati lorong yang cukup panjang. Setelah dia tiba di lantai 3, suasananya jauh lebih menyeramkan di lorong itu. Lampu-lampu yang tidak semuanya menyala membuat lorong itu sedikit gelap. Daniel yang sudah merasa ketakutan langsung berlari menuju kelasnya. Akhirnya dia tiba di kelas dengan baju yang sudah basah dengan keringat.
“Untung kau tidak terlambat, tapi kenapa kau bisa sampai berkeringat?” Beni salah seorang teman kelasnya langsung menyapanya ketika melihat dia baru tiba.
“Sepertinya hari ini adalah hari yang buruk bagiku,” jawab Daniel dengan muka lesu sambil duduk di tempatnya.
“Ya sudah lah, fokus untuk ujian! Selesai ujian nanti aku traktir kau makan di warung sebelah,” ujar Beni berusaha menghibur temannya.
“Baiklah, terima kasih Beni, aku memang sangat lapar,” jawab Daniel dengan wajah yang sudah bisa kembali tersenyum.
Daniel pun akhirnya mengikuti ujian dengan seadanya. Walaupun tanpa persiapan Daniel tidak terlalu khawatir dengan hasil ujiannya, karena itu adalah mata kuliah yang cukup dia kuasai. Ujian berlangsung sekitar 2 jam. Setelah ujian selesai Daniel langsung keluar kelas dan mencari Beni untuk menagih janjinya. Setelah menemukan Beni, mereka langsung menuju warung makan di dekat kampus mereka karena ternyata Beni juga sudah kelaparan. Karena warung makan itu letaknya dekat, mereka tidak membawa motor dan meninggalkan di parkiran kampus. Saat makan Daniel berbicara dan bercanda dengan Beni sampai lupa dengan kerjaannya. Bahkan mereka tidak sadar kalau jam sudah menunjukkan pukul 22.10.
“Ah gawat! Kita sudah
terlalu lama disini,” kata Beni setelah melihat jam di handphonenya.
“Ya sudah, ayo kita pulang,” jawab Daniel.
Kemudian mereka membayar dan menuju ke parkiran. Di pintu
gerbang kampus mereka dimarahi oleh satpam karena sudah terlalu malam untuk
parkir disana. Setelah meminta maaf akhirnya mereka menuju ke motor masing-masing.
Karena motor Beni diparkir dekat dengan gerbang, akhirnya mereka berpisah dan
Beni izin pulang duluan meninggalkan Daniel yang parkir cukup jauh dari
gerbang.
“Kampus malam hari sangat menyeramkan,” bilang Daniel setelah
melihat lampu di dalam kampus sudah hampir semua dimatikan.
Setelah tiba di motornya, Daniel baru teringat kalau dia
harus memberi tahu atasannya kalau pekerjaannya belum selesai hari ini. Dia pun
membuka tas nya untuk mencari handphone. Tiba-tiba Daniel merasa lemas karena
tidak bisa menemukan handphonenya.
“Dimana ya hanphone ku, kenapa aku bisa lupa,” keluh Daniel
di motornya.
Daniel mencoba mengingat kembali kapan terakhir kali dia
mengeluarkan handphonenya. Dia baru sadar kalau handphone nya tadi terakhir dia
gunakan untuk melihat jam sebelum ujian dimulai.
“Jangan-jangan hanphone itu masih di kelas,” pikir Daniel
sambil berjalan ke lobby kampus.
Saat sudah di pintu lobby, dia melihat kalau isi kampus sudah
gelap. Hampir tidak ada lampu yang masih menyala. Dia sedikit ragu untuk masuk
karena sejauh yang dia lihat sudah tidak ada orang yang berada di dalam kampus,
termasuk petugas kebersihan. Dia berpikir untuk mencari petugas kebersihan
untuk menanyakan handphone nya, tapi tidak ada satu pun yang bisa dia temukan.
Karena dia membutuhkan handphone itu, akhirnya dia memberanikan diri untuk
masuk.
“Di lobby saja begitu gelap, bagaimana di lantai 3 nanti,”
Daniel mengeluh dan mulai sedikit takut.
Karena sudah sedikit gelap dia menaiki tangga dengan
perlahan, sambil terus berharap ada petugas kebersihan yang masih bisa
ditemukan. Tapi ternyata sampai di lantai 3 masih tidak ada petugas yang
ditemui. Sesampainya di lantai 3 dia semakin bertambah ragu. Kondisi di lantai
ini sangat menyeramkan, karena sudah tidak ada lampu yang masih menyala. Dia
memandang lorong menuju kelasnya dengan perasaan gelisah. Lorong tersebut
sangat gelap dan menyeramkan seperti halnya lorong bekas rumah sakit yang sudah
tidak terpakai. Daniel hanya terdiam di tangga dan membayangkan banyak hal yang
akan terjadi jika dia mencoba ke kelas. Mulai terbayang dalam pikirannya
hal-hal yang tidak masuk akal, yang biasa dia lihat di film-film horor yang
sering ditontonnya. Tapi karena sudah tanggung dan dia sangat membutuhkan
handphonenya, dia pun memberanikan diri berjalan ke kelas dengan penerangan
seadanya.
“Kenapa aku sangat sial hari ini,” Daniel menghela nafas
sambil terus berjalan.
Entah kenapa lorong tersebut terasa lebih panjang dari
biasanya. Daniel terus berjalan sambil melihat sekitar. Dia tidak berani
berlari dengan penerangan yang tidak memadai. Beberapa langkah kemudian Daniel
berhenti berjalan. Dia merasa mendengarkan langkah kaki selain langkah kakinya.
Dia berhenti sesaat dan sepertinya langkah tersebut tidak terdengar lagi.
Daniel pun kembali berjalan menuju kelas. Belum ada 5 langkah dia sudah
berhenti, dan kembali mendengar suara langkah. Langkah itu terdengar dari arah
tangga. Seharusnya dari lorong tangga itu bisa terlihat, tapi dengan kondisi
tanpa lampu sepertinya membuat Daniel tidak bisa melihat ke arah yg jauh.
Daniel melihat ke arah tangga untuk sekedar memastikan. Dan langkah itu
terdengar lagi, kini lebih jelas, Daniel mulai berpikiran macam-macam, dan dia
menjadi ketakutan. Dari arah tangga terlihat cahaya kecil dan langkah kaki yang
mulai mendekat ke arahnya. Daniel ketakutan melihat itu dan dia mulai berlari
kecil ke arah kelasnya. Semakin Daniel mempercepat langkahnya, langkah kaki
yang ada di belakangnya pun semakin cepat. Daniel sedikit menoleh ke belakang
dan melihat cahaya kecil itu sudah semakin dekat . Daniel kemudian berlari
karena sudah benar-benar ketakutan. Dia sudah tidak fokus dengan langkah kaki
di belakangnya. Setelah melihat kelas dia langsung bergegas masuk dan menutup
pintu kelas itu. Dengan masih ketakutan dia duduk di belakang pintu kelas.
“Kenapa aku harus mengalami hal ini?” Daniel bertanya pada
dirinya sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 22.35.
Kemudian Daniel berpikir untuk mulai mencari handphonenya di
dalam kelas. Baru saja dia mau bangun terdengar suara pintu diketuk dari luar.
Daniel terkejut dan dengan panik langsung berteriak, “Siapa diluar?”.
Tidak ada jawaban dari luar pintu, malah kembali terdengar
ketukan. Daniel kembali bertanya tapi tidak ada jawaban. Daniel menutup erat
pintu dengan badannya. Ketukan itu kembali terdengar dan Daniel sudah tidak mau
menanggapinya. Dia sangat ketakutan dan berdoa dalam hati. Tidak lama kemudian
sesuatu dari luar pintu itu seperti mencoba masuk dan mendorong pintu dari
luar. Daniel semakin ketakutan karena sesuatu itu berusaha masuk. Daniel yang
sudah lemas karena ketakutan dan kelelahan mulai menyerah. Sesuatu dari luar
itu tampaknya lebih kuat untuk membuka pintunya. Pintu sedikit mulai sedikit
terbuka, tapi Daniel masih tetap berusaha menutupnya. Setelah pintu mulai
terbuka dan sedikit tercipta celah, ada cahaya yang masuk dari celah pintu
langsung menunjuk ke arah Daniel.
“Hanphoneku?” Daniel terkejut dan melepas pintu.
Dia memberanikan diri mengambil hanphone itu dari tangan yang
masuk lewat celah pintu dan kemudian dia membuka pintunya. Betapa lega nya
Daniel saat membuka pintu sosok yang dia lihat tidak seperti yang ada dalam
pikirannya. Ternyata yang daritadi berada di balik pintu, adalah Mas Reno, salah
seorang petugas kebersihan di kampus tersebut. Daniel mengenalnya karena memang
hampir semua mahasiswa mengenal Mas Reno. Mas Reno memang memiliki kekurangan,
dia tidak bisa bicara sejak lahir, tetapi dia selalu ramah dan murah senyum
kepada setiap mahasiswa. Bahkan banyak mahasiswa yang sering berbicara dan
bertanya kepada Mas Reno termasuk Daniel melalui pesan singkat atau SMS.
“Kenapa aku bisa tidak menyadari kalau itu adalah Mas Reno?”
kata Daniel yang sudah hilang ketakutannya “Maafkan aku Mas Reno, aku tidak
tahu kalau itu kau.”
Mas Reno menjawab dengan senyumannya yang sudah biasa
terlihat. Ternyata yang daritadi mengejar dan mencari dia adalah Mas Reno. Mas
Reno membawa handphone milik Daniel yang dia temukan di kelas itu. Setelah
Daniel berterima kasih dia segera turun dengan diantar Mas Reno sampai di
tangga. Daniel cepat-cepat kelur dari kampus dan berjalan ke motornya. Dia
berpamitan dengan satpam dan bergegas pulang.
Sesampainya di rumah, Daniel segera membersihkan diri dan
langsung masuk kamar. Sebelum tidur dia menelepon atasannya, tetapi tidak
diangkat karena memang sudah terlalu larut. Akhirnya dia pergi ke tempat tidur
dengan membawa handphonenya.
“Ah sebaiknya aku juga berterima kasih pada Mas Reno,” Daniel
berkata sambil mengetik sms di tempat tidurnya.
Setelah sms tersebut dikirim Daniel berencana untuk langsung
tidur. Tapi baru akan memejamkan mata ada pesan masuk di handphonenya. Daniel
yang sudah sangat lelah membuka handphonenya dengan malas. Tapi saat dia
membaca handphonenya, dia langsung duduk di tempat tidurnya dan terkejut.
Ternyata itu balasan sms dari Mas Reno yang isinya :
“Maaf Mas, maksudnya apa ya? Saya sudah 3 hari ini di rumah
karena sakit dan kemungkinan baru besok lusa saya kembali bekerja.”
“Jadi tadi itu siapa yang mengembalikan hanphone ini?” kata
Daniel kebingungan juga ketakutan.
Tetapi Daniel sudah sangat lelah dan tidak mau memikirkan hal
itu. Dia berbaring untuk tidur dan berkata, “Sialnya aku hari ini...”.
No comments:
Post a Comment